Cerita Felyta – Cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan. Orang tua mana yang tak ingin anaknya bisa menjadi anak yang disiplin. Akan tetapi ada kalanya anak-anak yang belum terlalu paham mana hal baik dan buruk berbuat sesuatu yang membuat orang tua kelimpungan.
Seringkali tanpa bisa dihindari mendisiplinkan anak dengan metode hukuman menjadi pilihan. Harapannya dengan ini anak jera dan tak mengulangi kesalahannya. Entah itu berupa cubitan, pukulan ringan hingga mengurung di kamar.
Cara mendisiplinkan anak di rumah dengan menghukum ini hanya akan berdampak jangka pendek. Ditambah lagi bisa menimbulkan trauma dan bahkan bisa menimbulkan inner child yang terluka. Hal ini kedepannya bisa berdampak buruk pada kehidupan anak ketika dewasa.
Baca Juga: Mencari Tahu Tentang Fibromyalgia, Nyeri Seluruh Badan
Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Kekerasan
Disiplin positif adalah sebuah metode yang bisa digunakan oleh orang tua sebagai cara mendidik anak agar disiplin dan tanggung jawab. Perlu waktu dan pengulangan yang diimbangi dengan rasa sabar yang besar bagi orang tua agar metode ini berhasil.
Berikut ini tips parenting dalam mendisiplinkan anak tanpa emosi yang bisa ayah dan bunda coba. Simak penjelasannya berikut.
1. Kenalkan Anak Dengan Perilaku Baik dan Buruk
Anak perlu diberitahu mana yang merupakan perilaku baik dan buruk sejak dini. Misalnya ketika anak mulai dengan sengaja membuang makanan dengan sengaja, jelaskan dengan perlahan tindakan itu tidak dibenarkan.
Selanjutnya pastikan lakukan tidak dengan cara tradisional, yaitu dengan membentak anak setiap kali mereka melakukan kesalahan. Memang tidaklah mudah melakukannya, akan tetapi bila orang tua selalu mengatasinya dengan tenang disertai dengan penjelasan cara ini akan efektif dalam mendisiplinkan anak.
2. Jelaskan Konsekuensi Dari Setiap Perbuatan
Setelah ayah dan bunda dengan sabar menjelaskan mengapa hal ini baik dan mengapa hal itu buruk, selanjutnya memberi tahu konsekuensi dari perbuatan tersebut. Sampaikan dengan bahasa yang lembut dan mudah dimengerti oleh anak.
Misalnya apabila anak suka melempar mainan, sampaikan hal ini bisa menyebabkan mainan tersebut rusak dan anak tidak bisa bermain dengan mainan itu lagi. Sama halnya dengan perbuatan baik.
Jelaskan bila anak misalnya mau berbagi mainan dengan teman dan tidak pelit, maka teman akan senang bermain di rumah bersama sang anak. Hal ini bisa memberi motivasi bagi sang anak untuk selalu berbuat baik.
3. Buatlah Batasan
Terkadang anak tidak tahu perilaku sang anak mana yang sudah melampaui batas. Oleh sebab itu, perlunya peran aktif orang tua untuk menjelaskan batasan tersebut. Misalnya ketika anak bermain di rumah temannya, sampaikan untuk selalu meminta izin bila ingin menggunakan mainan teman.
Atau saat anak bermain di dalam rumah, sampaikan mana ruangan yang tidak boleh dimasuki misalnya bermain air di kamar mandi. Bila hal ini disampaikan sejak awal anak menjadi tahu dan bisa memberi batasan atas tindakannya kelak.
4. Puji Perilaku Baik Anak
Ingatlah untuk selalu memberikan pujian setiap kali anak melakukan perbuatan baik dan menyenangkan. Hal ini dimaksud agar anak tahu bahwa yang dia lakukan adalah hal positif, sehingga bisa menjadi kebiasaan yang boleh untuk dilakukan kembali.
Misalnya saat anak clean up mainannya sendiri selesai bermain, ucapkan terima kasih dan katakan good job pada anak. Ini bisa membuat anak bersemangat untuk selalu membereskan mainannya sendiri tanpa harus dibantu oleh ayah dan bunda.
5. Tahu Waktunya Untuk Mengabaikan
Kadang kala orang tua perlu mengabaikan perbuatan anak sekalipun itu bukanlah hal yang baik. Akan tetapi dengan catatan tidak berdampak buruk terlalu besar dan tidak membahayakan sang anak.
Contohnya ketika anak suka mencoret-coret dinding dengan pensil warna, awal-awal orang tua bisa membiarkannya saja terlebih dahulu. Pelan-pelan barulah komunikasikan dengan bahasa yang mudah bahwa sebaiknya menggambar tidak di dinding tapi di buku gambar.
Sediakan pula media pengganti agar anak bisa mengalihkan perbuatan tidak biasanya tersebut ke media yang tepat. Orang tua dulu pernah berkata, anak-anak kalau semakin dilarang maka akan semakin dilakukan. Akan tetapi bila sejenak kita biarkan, maka mereka dengan sendirinya berhenti dan tahu itu bukanlah hal yang benar.
6. Gunakan Satu Kata Sebagai Perintah
Hal terakhir yang bisa menjadi cara yang tak kalah penting dalam mengajari anak disiplin adalah dengan menghindari penggunaan kata “jangan” terlalu sering. Dibandingkan dengan mengingatkan anak untuk “jangan buka tutup kulkas”, “Jangan bermain air saat minum”, “jangan buang makanan”.
Nah, lebih baik untuk menggunakan satu kata perintah seperti “Tutup”, “Minum”, “Makan”. Satu kata yang singkat dan padat ini lebih mudah dicerna oleh sang anak. Meskipun terdengar tegas, akan tetapi nada yang digunakan tetap dengan lemah lembut ya ayah bunda.
Penggunaan kata jangan bukan berarti harus dihilangkan sama sekali, akan tetapi kata jangan akan lebih baik digunakan pada situasi yang sifatnya berbahaya. Misalnya ketika anak di dapur dan bermain dengan benda tajam.
Nah itulah cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan yang bisa ayah dan bunda terapkan. Cara ini bisa digunakan pada anak usia dini sekalipun, sedangkan untuk anak yang masuk usia remaja komunikasi adalah kuncinya. Semoga Menginspirasi!